Bismillahirrohmaanirrohiim

Berislam Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama

Karya Irwan Masduqi

Buku “Berislam Secara Toleran” karya Irwan Masduqi ini sangat tepat waktu dan perlu dibaca. Di tengah gejala meningkatnya intoleransi, pemikiran tentang toleransi pastilah perlu diperkuat. Karya ini penting untuk penguatan kehidupan umat beragama yang lebih toleran, rukun dan damai.

(Prof. Dr. Azyumardi Azra, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta)

Islam adalah agama yang percaya diri sekalipun umatnya belum tentu demikian. Maka, menjadi logis bahwa Islam dapat bersikap toleran terhadap agama-agama lain, bahkan terhadap paham ateis sekalipun. Buku ini pantas diapresiasi karena mengusung spirit toleransi di tengah-tengah maraknya kekerasan atas nama agama di Indonesia.

(Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)

Dalam setiap situasi aktual manusia, di mana intoleransi mengancam koeksistensi, banyak orang bertanya: “Jika agama melegitimasi teror, maka apakah ia masih diperlukan?” Irwan Masduqi, santri-intelek berbakat, melalui buku ini mengurai kekusutan dan kesalahpahaman mengenainya dengan cerdas, kritis dan mencerahkan. Buku ini patut dibaca masyarakat luas terutama otoritas politik di negeri ini.

(KH Husein Muhammad, pendiri Fahmina Institute)

Dalam buku “Berislam secara Toleran” ini, Irwan Masduqi menyeret kita memasuki arena pergumulan Islam tentang toleransi. Salah satu pertanyaan menarik adalah: Apakah toleransi itu berdasarkan nilai Barat atau bahwa ia inheren dalam Islam? Argumentasi Irwan sangat menarik ketika ia menyibaknya dari sudut filsafat, kepentingan politik, dan interpretasi kitab suci. Kita jadi sadar bahwa toleransi tidak hadir dalam ruang kosong. Ia adalah sebuah pencarian dan perjuangan bersama terus-menerus di sepanjang sejarah manusia.

(Pdt. Albertus Patty, Koordinator Komisi Teologi Persatuan Gereja Indonesia)

Buku yang ditulis oleh Irwan Masduqi—seorang
lulusan Al-Azhar, Mesir, Jurusan Ilmu Tafsir—ini, yang berjudul “Berislam Secara Toleran”, merupakan sebuah wacana progresif yang sangat menarik, karena ditulis oleh seorang yang memiliki otoritas ilmu-ilmu keagamaan serta berlatar belakang pendidikan pesantren di Indonesia.
(Prof. Dr. Dawam Rahardjo, cendekiawan Muslim Indonesia)

Buku ini berangkat dari niat yang sangat positif dalam ikut serta membangun karakter manusia yang berpikiran dewasa dan matang sehingga mampu menghargai perbedaan yang merupakan fitrah manusia. Perbedaan tidak didekati dengan permusuhan tetapi dicari kekuatan untuk membangun dan memperkaya konsolidasi bersama.

(Gusti Joyokusumo, adik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan pengusung ide Yogyakarta sebagai city of tolerance) — bersama Sahiron Syamsuddin, Kusnadi Adi, VieVie Lopher, Kang Mas Zaki Ali, R Fa'ik Muhammad, Uki Sukiman, Abdul Moqsith Ghazali, Ahmad Ginanjar Sya'ban, Nanang Musha, Johan Kristantoro, Albertus Patty Full, Novriantoni Kahar, Lathifa Anshori, Moch Nur Ichwan, Anis Mashduqi, Muhammad Jadul Maula, Mohamad Guntur Romli, Husein Muhammad, Ali Mursyid, Munir Ikhwan, Muhammad Tabrani Basya, Jurnal Tashwirul Afkar, Abdul Ghofur Maimoen Full, Pmik Cairo, Hatib Rachmawan, Latif Malik, Yahya Cholil Staquf, Bandura Hamra, Pcinu Mesir, M. Subhan Zamzami, Halim Miftâhul Khoiri, Faiq Ihsan Anshori, Zaki Mizan, Muhammad Miqdam Makfi, Hilmy Muhammad, Novendra Djamal, Muhammad Idris Mesut, Maria El Fauzy, Hasnan Bachtiar, Nyid KuNyit, Rido Ndeso, Lakpesdam Mesir, Muhammad Afif Murtadlo, Ahwhy Diksa, Ponpes Assalafiyyah Mlangi, Waryono Abdul Ghafur, Robith Qoshidi, Ummu Rayya, Roy Murtadho, Salsabila Study Club's, Said Aqil Siroj, Kang Maman Imanulhaq, Mukti Ali El-Qum, Pusat Studi Pengembangan Pesantren dan Rumah Budaya Akar.


.

PALING DIMINATI

Back To Top